“Pemimpin
Besar”
Manusia
diciptakan sebagai mahkluq yang paling sempurna. Tapi kita tak pernah
tahu mengapa manusia diciptakan sebagai makhluq yang sempurna? Coba
kita lihat ke semua aspek, hewan hanya punya insting untuk
mempertahankan hidup, malaikat hanya punya akal dan ketaatan, syaiton
hanya punya nafsu dan amarah. Sedangkan manusia memiliki kesemuanya
itu, dari mulai akal,insting dan hawa nafsu.
Mungkin
karena sudah kodrat atau memang kemajuan zaman, dengan kesempurnaanya
manusia selalu penuh dengan ego dan ketidakpuasan (Homo
Ekonomikus). Terlintas dari
benakku untuk mendefinisikan manusia sebagai makhluq multidimensional
yang rumit. Berbeda dengan hewan yang tujuan hidupnya hanya makan dan
makan sampai ia mati sekalipun. Manusia selalu menuntut lebih dari
hidupnya, jika ia mendapatkan 1 maka 2 & 3 harus juga ia
dapatkan.
Di
era Globalisasi
dan Moderenisasi
ini manusia dituntut untuk terus berlomba dalam pacuan kehidupan,
jika kita tidak mengikuti arus global, maka kita akan tersesat dalam
teknologi. Kita itu harus mengikuti zaman, bukan zaman yang mengikuti
kita. Kita harus mendapatkan apa yang kita butuhkan, namun
sebelumnya kita harus mengkonsepkan terlebih dahulu. Nah itulah yang
disebut dengan cita-cita yaitu sebuah rencana besar yang telah kita
konsepkan untuk kita capai selanjutnya.
Berangan
boleh asal yang realistis bukan idealis semata.
Niatkan-konsepkan-jalani-nikmati
itulah suatu proses yang harus kita lakukan jika ingin sebuah rencana
besar kita tersebut tercapai. Semua orang mempunyai cita-cita yang
besar,unik,aneh,ambisi namun pasti bermanfaat. Dalam menggapai
cita-cita kita harus bersungguh-sungguh, ambisi boleh asal jangan
ambisius. Dalam kacamataku aku membagi cita-cita menjadi 2 kelompok.
Pertama cita-cita abadi, yaitu menggapai segala usaha agar kita tetap
berada dalam jalur menuju surga dan menjadi orang-orang yang
benar-benar penghuni surga, inilah cita-cita sesungguhnya dan juga
tujuan akhir hidup manusia. Namun kita hidup di alam nyata selain itu
cita-cita yang kedua adalah cita-cita duniawi. cita-cita inilah yang
menjadi modal kita menjalani dan melanjutkan hidup di dunia ini.
“ Menjadi
Orang Sukses “ itu adalah idaman semua orang di cita-cita
duniawinya. Namun untuk memasukan kata “sukses” dalam kamus
masing-masing diri manusia tidaklah mudah butuh pengorbanan baik
secara mental, spiritual, material atau bahkan faktor keberuntungan
juga.
Semua
orang pasti mempunyai banyak cita-cita yang ia konsepkan semasa mata
belum terbuka untuk dunia sesungguhnya, seperti guru, pilot,
bussinesman, astronot, politikus dan sebagainya. Namun satu dua
cita-cita idealis itu berguguran ketika kedewasaan seseorang
bertambah, namun hanya yang realistis dengan keadaan dan kondisi yang
akan menjadi prioritas utamanya untuk ia capai di kemudian hari.
Tak
banyak dan tak ambisius pula cita-cita duniawi yang aku inginkan.
Menjadi orang sukses itu sudah pasti, namun kita juga tidak akan
seketika menjadi seseorang yang sukses bukan? Butuh suatu jalan untuk
menempuhnya, ya benar itu yaitu dengan sebuah pekerjaan dan profesi.
Ingat apabila kita mempuyai sebuah profesi jalanilah sesuai dengan
keahlian kita, jangan memaksa karena memang tuntutan yang kata orang
itu disebut uang.
Melirik kedepan dan kebelekang ada beberapa cita-cita yang akan aku
jadikan sebagai profesi yang benar-benar sesuai dengan sikon,
keadaan, dan faktor-faktor lain yang sebenarnya di lapangan . Salah
satunya menjadi seorang pemimpin besar yang berjiwa politikus sejati.
Sejenak
kita berangan-angan tentang profesi tersebut. Politik indonesia bak
kapal pecah, semua amburadul dalam berbagai aspek . Apakah karena
pengaruh dari politik dunia atau mamang kebodohan para peminpinnya
yang tak mengerti arti politik itu sendiri?. Kita sempat di beri
angan-angan cerah budaya politik baru pada masa reformasi '98,
setelah kita dipaksa bersembunyi selama rezim terdahulunya. Namun apa
daya yang ada, kita lihat budaya politik baru tersebut sedang
menunggangi kura-kura dalam berevolusi, lambat sekali bahkan mundur
yang ada.
Pemimpin-peminpin
tidak pernah lepas dengan politik. Karena seorang pemimpin harus bisa
membaca keadaan anggota dan musuhnya. Perang dingin politik bangsa
kita baru saja di mulai,semua saling serang,saling menghujat dan
membunuh dengan kata-kata, mereka tak pernah berfikir tentang
kebenaran tapi yang mereka fikirkan adalah sebuah galangan kekuatan
besar. Karena itu kelak yang akan menang. Ini adalah sebuah pola
pikir buruk orang-orang pintar bangsa kita.
Dalam
mengubah semua ini butuh seorang pemimpin yang cakap dalam politik
atau pun cakap dalam yang lainnya karena seorang pemimpin harus
multipungsi dalam menyikapi sebuah masalah. diantaranya yaitu :
- Pemimpin harus berjiwa besar, berparadigma kuat, jelas dan terarah. Memandang semua aspek dari berbagai sudut pandang agar apa yang ia lakukan benar-benar marubah tatanan yang ada.
- Pemimpin tersebut harus memetamorfosiskan sudut pandang-sudut pandang yang sempit yang saat ini orang-orang pintar negara kita alami.
- Pemimpin harus bisa membaca dan mengkondisikan anggota dan musuhnya.
- Pemimpin harus bisa menjadikan musuh sebagai mitra membangun dalam proyek besarnya. Ini adalah sebuah rintangan yang benar-benar membutuhkan sebuah nyali yang besar. Karena menjadikan musuh sebagai mitra untuk membangun. Pemimpin harus seperti itu agar tidak pernah beradu melulu terhadap orang yang berbeda argumen dengan dirinya.
- Pemimpin harus bisa meyakinkan anggota dan musuhnya bahwa seorang pemimpin bukan sebagai poros utama dalam sebuah proyek besar, melainkan adalah sebuah moderator ketika memutuskan sebuah rencana, saat terjadi peperangan argumen antara anggota dan musuhnya.
- Pemimpin adalah orang yang mampu bertanggung jawab ketika anggota dan musuhnya lepas tangan terhadap sebuah proyek besar yang mengalami kegagalan.
- Seorang pemimpin tidak boleh terlalu akrab terhadap anggota dan musuhnya. Harus ada koridor jarak antara seseorang yang berwibawa dengan yang tidak.
- Pemimpin selalu melihat kedepan sebagai arah pacuan.melihat kebelakang sebagai tolak ukur keberhasilan, melihat keatas sebagai pembangun motivasi dan melihat ke bawah sebagai pembimbing.
- Pemimpin harus berlaku bijak dengan baik karena kebijakan baik pasti berpihak padanya.
- Seorang pemimpin tidak pernah mencari kesempurnaan tapi ia hanya mencari ketidak sempurnaan yang sempurna.
- Yang terpenting Seorang pemimpin yang besar harus berjiwa nasionalisme berkarakter budaya politik yang sesungguhnya.
Memang
saat ini bangsa kita sedang mengalami krisis multidimensional dan
juga krisis seorang pemimpin yang benar-benar pemimpin. Tapi saat
ini usaha-usaha penenanamam karakter-karakter bangsa di galakkan yang
tujuan aslinya yaitu untuk membentuk pemimpin. kesebelas itulah
adalah sebuah rencana dan terobosan besar seorang calon pemimpin
besar ketika ia di hadapkan terhadap sebuah angan-angan “jika
cita-citaku tercapai”. Calon pemimpin besar tersebut adalah DIRIKU
SENDIRI.
LARENA
DWI RAHMA.
SUKABUMI,5
MARET 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar